kesetaraan gender |
TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG GENDER
BAB
I
PENDAHULUAN
Gender
berasal dari bahasa latin yaitu genus, yang memiliki arti tipe atau jenis.
Dalam bahasa inggris, gender yang artinya jenis kelamin atau jenis kelamin
laki-laki dan perempuan (pernikahan).
Secara
Etimologi, gender yaitu perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan,
dilihat dari nilai dan tingkah laku. Dalam “women studies encyclopedia”
dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural, dan berupaya membuat
perbedaan (distinction) dalam hal peran, tingkah laku, mentalitas, dan
karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam
masyarakat.
Istilah
“gender” ini pertama kali digunakan oleh Oakley yang diartikan sebagai
“behavior differences between women and men that are socially constructed
created by men and women themselves therefore they are matter of culture”, yang
diartikan sebagai (gender) sifat atau prilaku yang diletakkan pada laki-laki
dan perempuan yang dibentuk secara sosial dan budaya. Karena dibentuk oleh
social budaya maka gender tidak berlaku selamanya tergantung pada waktu dan
tempat.
Bisa
gender yang berkembang dalam masyarakat mempengaruhi peran dan posisi manusia
berdasarkan jenis kelamin. Bahkan terkadang mempengaruhi manusia dalam mendapatkan
hak dan kewajiban.
BAB
II
PEMBAHASAN
Ayat-Ayat
Al-Qur’an Tentang Makna Gender
1. Sikap Masyarakat Sebelum Islam Terhadap
Perempuan (An-Nahl 16: 58-59)
وَإِذَا
بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالأنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ (58)
يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ
أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (59)
Artinya:
58. Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran)
anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.
59. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak,
disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. apakah dia akan
memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam
tanah (hidup-hidup) ?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan
itu.
Tafsir
Apabila
diberitahukan salah seorang dari mereka bahwa Allah mempunyai anak perempuan,
bahwa isteri mereka telah melahirkan seorang anak perempuan, merah padam
mukanya akibat kekecewaannya. Dalam dadanya penuh rasa marah dan dendam, lalu
mereka menyembunyikan diri karena malu dan timbullah dalam pikirannya “Apakah
akan dibiarkan anak itu hidup dengan menanggung kehinaan, tidak diberi pusaka
dan tidak mendapat layanan yang layak, ataukah dikubur hidup-hidup.
Sungguh
sangat jahat (kebutuhan) apa yang mereka katakana dan apa yang mereka sandarkan
kepada Allah.
2. Kepemimpinan Perempuan (An-Nisa 4: 34,
At-Taubah, 9: 71)
a. An-Nisa 4: 34
الرِّجَالُ
قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ
وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ
لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ
وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلا
تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Kaum
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),
dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.
sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara
diriketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka).
wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika
mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
Tafsir
Diantara
tugas kaum laki-laki adalah melindungi kaum perempuan. Ini sebabnya, peperangan
hanya diwajibkan kepada laki-laki, tidak kepada kaum perempuan. Begitu pula
tugas menafkahi jeluarga. Peperangan merupakan suatu urusan melindungi bangsa
dan negara. Inilah yang menjadi dasar , mengapa kaum laki-laki memperoleh
bagian yang lebih banyak dalam harta warisan.
Tapi
diluar hak-hak yang disebutkan (hak mengendalikan, menuntut, dan memimpin) maka
dalam masalah hak atau kewajiban yang lain, laki-laki dan perempuan adalah sama.
Derajat
yang dimiliki laki-laki adalah memimpin dan mengurus rumah tangga. Isteri
mengurus rumah tangga dengan bebas, asal dalam batas-batas yang ditetapkan
syara’ dan diridhai (disetujui) oleh suami. Isteri memelihara rumah,
mengendalikannya dan memelihara serta mendidik anak-anak, termasuk
membelanjakan nafkah keluarga sesuai dengan kemampuan. Dibawah naungan suami,
isteri bisa menjalankan tugasnya, mengandung dan mengyusui bayinya.
Perempuan-perempuan
yang soleh adalah mereka yang menaati suami, merahasiakan segala apa yang
terjadi diantara keduanya tidak diceritakan atau diberitahukan kepada siapapun
termasuk kepada kerabat.
Jika
kamu melihat ada indikasi (tanda-tanda) bahwa isteri tidak akan menjlankan
kewajiban-kewajiban (durhaka) yang harus dilaksanakan. Maka berikut ini berupa
tindakan-tindakan edukatif (bersifat mendidik) yang bias dilakuakn:
1) Berilah nasehat atau pendapat yang bisa
mendorong isteri merasa takut kepada Allah dan menginsafi bahwa
kesalahan-kesalahan yang dilakukannya akan memperoleh siksa dari Allah pada
hari kiamat kelak.
2) Jauhi dia, misalnya: dengan tidak tidur
seranjang bersamanya.
3) Pukullah dengan kadar pukulan yang tidak
menyakitinya. Hal ini boleh dilakukan apabila keadaan memaksa. Yakni, ketika
isteri sudah tidak lagi bisa dinasehati dan dinsyafkan dengan ajaran-ajaran
yang lemah lembut. Tapi sebenarnya suami yan baik dan bijaksana, tidak
memerlukan tindakan yang ketiga.
Jika
si istri kembali menaatimu setelah kamu mengambil diantara tindakan-tindakan
yang diperlukan seperti telah disebutkan, maka janganlah kamu menganiaya dia
mulai dengan memberikan nasehat atau memberikan peringatan, kemudian meningkat
dengan berpisah ranjang atau membiarkan isteri tidur sendiri dan terakhir
memukulnya. Tetapi jika dengan langkah-langkah ini tetap tidak membawa hasil
maka serahkan kepada pihak ketiga (hakam, mediator) dari keluargamu dan
keluarga si istri. Apabila si istri secara lahiriah telah menunjukan kembali
kebaikannya, dalam arti mau rukun lagi, janganlah dicari-cari latar belakang
sikapnya, atau mengungkit-ungkit sikap itu.
Allah
memperingatkan kita dengan kekuasaan dan kebesaran-Nya. Sikap kita tidak
menzalimi istri dan tidak berlaku curang. Dia akan memberikan siksanya kepada
suami yang berlaku kurang baik terhadap isterinya dengan menonjolkan
kekuasaannya sebagai suami dan memperlakukan istri yang kurang baik.
b. At-Taubah, 9: 71
وَالْمُؤْمِنُونَ
وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ
وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ
عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Tafsir
Orang-orang
yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, sebagian dari mereka adalah
penolong dan pembantu bagi sebagian yang lain. Mereka satu dengan yang lain
bertolong-tolongan, Bantu-membantu, baik dalam masa damai ataupun masa perang
mereka satu dengan yang lain bersaudara dan berkasih sayang.
Para
mukmin baik laki-laki maupun perempuan, memiliki sifat sebagai lawan dari
orang-orang munafik.
1. Orang-orang yang beriman menyuruh yang
makhruf, sedangkan orang-orang munafik menyuruh yang mungkar.
2. Orang-orang mukmin mencegah kemungkaran,
sedangkan orang munafik mencegah yang makhruf. Dua sifat ini merupakan sifat
pokok dari sifat-sifat orang mukmin.
3. Orang-orang mukmin mendirikan sembahyang
dengan baik dan secukup-cukupnya, serta menyempurnakan rukun dan syaratnya selain
itu juga berlaku khusyuk dan hatinya munajat (berkomunikasi) kepada
Allah.
4. Orang-orang mukmin memberikan zakat yang
difardukan dan yang disunnahkan, sedangkan orang-orang munafik berlaku kikir,
kalaupun mereka mengeluarkan harta, maka hal itu atas dasarNya.
5. Orang-orang mukmin terus menerus mentaati
Allah dengan meninggalkan apa yang dilarang dan mengerjakan apa yang diperintah
oleh Allah.
Mereka
itu adalah orang-orang yang dirahmati oleh Allah dan dimasukkan kedalam
rahmat-Nya yang luas. Allah itu maha keras tuntutannya, dan tidak ada yang
mampu menghalangi tuntutannya. Selain itu Allah maha hakim dalam segala
perbuatannya, yang senantiasa menempatkan sesuatu pada tempatnya.
3. Kesamaan Laki-laki dan Perempuan (Al-Isra’
17: 70, Ali Imron 3: 195, Al-Ahzab 33: 35)
a) Al-Isra 17: 70.
وَلَقَدْ
كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ
مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا
Dan
Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan
dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami
ciptakan.
Tafsir
Kami
(Allah) telah memuliakan anak adam dengan memberikan akal dan pikiran kepada
mereka, sehingga mereka dapat menundukkan apa yang ada di alam ini, seperti air
dan udara. Kami memuliakan mereka dengan menjadikan bentuk tubuh mereka yang
indah yang tegak berdiri (gagah). Kami memberikannya rezeki dengan berbagai
macam makanan yang baik, dan tumbuhan atau pun binatang, serta kami utamakan
mereka atas mahkluk kami. Oleh karena itu, tidaklah layak mereka
mempersekutukan Allah dan terus menerus menyembah berhala.
Apakah
anak adam lebih utama dari malaikat? Masalah diperselisihkan oleh para ulama.
Ada yang menyatakan bahwa malaikat tidak termasuk dalam mahluk yang dimaksud di
dalam ayat ini tidak ada dalil bagi masing-masing golonggan.
b) Ali-Imron 3: 195
فَاسْتَجَابَ
لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ
أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ فَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ
دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لأكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ
سَيِّئَاتِهِمْ وَلأدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ
ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ
Maka
Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):
"Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di
antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah
turunan dari sebagian yang lain[259]. Maka orang-orang yang berhijrah, yang
diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan
yang dibunuh, Pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan Pastilah
Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya,
sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik."
Tafsir
Allah
memenuhi doa mereka lantaran iman, zikir, takzir (mengingat Allah),
menyucikan-Nya dari segaa kekurangan, membenarkan Rosul, merasa lemah dan
bersyukur dan merasa berhajat (mengharapkan) kepada ampunan Allah.
Allah
mengabulkan doa mereka dengan memberikan pembalasan yang sempurna pada hari
kiamat kelak, baik yang beramal itu lelaki atau perempuan. Tidak ada perbedaan
diantara mereka. Keadilan menghendaki persamaan dalam memberikan pembalasan.
Dan pembalasan itu diberikan lantaran amal, bukan karena sesuatu yang lain.
Dari
ayat ini kita dapat mengambil beberapa kesimpulan:
1. Mengabulkan sesuatu doa terkadang bukan
dengan memberikan apa yang diminta. Mereka memohon supaya diampuni dosanya,
ditutupi kejahatannya, dan diwafatkan berserta orang-orang ang berbakti. Tuhan
mengabulkan permohonan mereka dengan menjelaskan bahwa semua orang yang beramal
akan memperoleh pembalasan yang sempurna atas amalnya itu. Hal ini memberi
pengertian bahwa yang melepaskan kita dari azab hanyalah amal yang dilakukan
dengan sebaik-baiknya dan berdasarkan rasa ikhlas.
2. Lelaki dan perempuan adalah sama mereka
bersamaan di sisi Allah dalam menerima pembalasan, apabila amalan-amalan mereka
bersamaan pula.
Penyebab
persamaan karena lelaki merupakan bagian dari perempuan, demikian pula
sebaliknya. Orang lelaki dilahirkan dari orang perempuan (ibu), dan orang
perempuan juga dilahirkan karena ada orang laki-laki (ayah). Tidak ada
perbedaan tentang rasa kemanusiaannya dan tak ada pula yang saling melebihi,
hanya karena amalan (ketaqwaan-Nya).
3. Menempatkan perempuan pada posisi yang
tinggi.
4. Memperbaiki cara orang laki-laki
mempergauli perempuan serta membantah dengan keras muamalah yang kejam
(diskriminatif) yang masaih dilakukan oleh sebagian umat.
Keutamaan
yang diberikan kepada lelaki dengan ditugasi melakukan beberapa pekerjaan yang
tidak ditugaskan terhadap perempuan tidak menjadi sebab lelaki bias memperoleh
keutamaan dalam segi pahala.
Perbuatan
yang bisa menutupi kejahatan (kemaksiatan) sehingga mengantarkanya ke surga
adalah hijrah dari tanah airnya untuk berkhikmat (berbakti) kepada Rosul dan
mengalami pengusiran dari kampung halaman dan gangguan di jalan Allah, serta
berjuang dan menghadang maut karena Allah.
Mengapa
Tuhan membebani kita dengan beban yang berat, karena kebenaran tidak bisa
berdiri sendiri, kecuali apabila ada yang menolongnya (menegakkannya), serta
menentang segala setru-setru (musuh)-Nya, sehingga menjadikan kalimat Allah
menempati posisi tinggi dan kalimat yang batil menjadi rendah.
Allah
akan membalas perbuatan-perbuatan tersebut dengan hal-hal yang tiga ini:
1) Menghapus segala kejahatan dan mengampuni
dosa
لا
كفر ن غنهم سئا تهم
“Sungguh
aku akan menutup kejahatan-kejahatan mereka”.
Itulah
yang mereka mintakan dengan ucapan mereka:
********
“Maka
ampunilah dosa-dosa kami dan tutuplah kejahatan-kejahatan kami”.
2) Memberi pahala yang besar
Ini
yang dimaksud firman Allah:
*******
“Dan
sungguh aku akan masukkan mereka ke dalam surga yang dibawah mengalir
sungai-sungai”.
Inilah
yang mereka mohonkan dengan ucapan:
***************
“Dan
berikan kepada kami, apa uang Engkau janjikan kepada kami membenarkan
Rosul-rosul Engkau”.
3) Pahala yang besar yang disertai dengan
kemuliaan dan kebesaran inilah yang ditunjuki oleh firman Allah:
******
Dan
itulah yang mereka mohonkan dengan ucapan:
******
“Dan
janganlah Engkau hinakan kami pada hari kiamat”.
Oleh
karena itu maka ayat ini selengkapnya ialah: Sungguh Aku akan menutup
kejahatan-kejahatan (kemaksiata) mereka, sungguh aku akan memasukan mereka ke
dalam surga dan aku akan memberikan pahala dengan pembalasan dari ku yang tidak
sanggup diberikan oleh orang lain.
Itulah
pahala paling baik yang diberikan kepada orang yang beramal saleh. Yang
demikian itu hanya dapat diberikan oleh Allah saja, tidak oleh yang lain.
Firman ini menguatkan keutamaan pahala yang diberikan.
Ayat
ini memberi peringatan bahwa pembalasan itu dikaitkan dengan amal, bukan dengan
sesuatu yanglain, seperti jabatan, keturunan, atau status sosial ekonomi
seseorang selama di dunia. Juga memberikan peringatan bahwa islam menghapuskan perbedaan-perbedaan
(diskriminasi) antara lelaki dan perempuan dalam masalah pahala. Islam adalah
agama yang pertama kali memuliakan perempuan dan mengakui hak-haknya.
c) Al-Ahzab 33: 35
إِنَّ
الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ
وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ
وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ
وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ
اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Sesungguhnya
laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin,
laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan
yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang
khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar.
Tafsir
Dalam
ayat ini, Allah menerangkan sifat-sifat yang dapat menghapuskan dosa dan
memperoleh pahala yang kekal:
1. Patuh melaksanakan hokum-hukum agama, baik
yang mengenai ucapan ataupun yang mengenai perbuatan.
2. Batin membenarkan apa yang difardukan oleh
agama (iman).
3. Melaksanakan amal ibadah dengan penuh
kekhusyuan dan keikhlasan secara tetap.
Tertip
(urutan) firman ini membenarkan pengertian bahwa pada mulanya iktikad
(keyakinan) dan tashliq (pembenaran) yang sempurna atau iman yang kamil
(sempurna) berwujud sesuatu anggota badan patuh mengerjakan perintah dan
menjauhi larangannya. Apabila iman dan islam telah terhujam dalam jiwa
seseorang maka lahirlah prilaku khusyuk dan ikhlas yang sempurna.
4. Berlaku benar dalam ucapan dan perbuatan.
Benar itu adalah tanda iman, sebagaimana berdusta adalah tanda nifak.
5. Sabar menderita kesukaran-kersukaran dan
kesulitan-kesulitan dalam menunaikan ibadah dan menjauhi hawa nafsu.
6. Khusyuk dan merendahkan diri kepada Allah
dengan hati dan anggota tubuh.
7. Bersedekah dengan harta dan berbuat ikhlas
kepada semua orang yang membutuhkan pertolongan.
8. Berpuasa. Puasa adalah cara yang ampuh
dalam mematahkan hawa nafsu.
9. Memelihara dari zina.
10. Menyebut nama Allah dengan lisan dan hati.
Diriwayatkan
oleh Abu Daud dari Abi Said al-khudri bahwa Rasulullah bersabda:
**********
”Apabila
seorang suami membangunkan istrinya dimalam hari, lalu keduanya bersembahyang
dua rekaat, maka keduanya pada malam itu tergolong kedalam golongan orang yang
banyak menyebut nama Allah”.
Kepada
mereka yang melaksanakan semua sifat yang sudah dijelaskan tersebut diberikan
ampunan dan pahala yang besar di dalam surga janatun na’im sebagai pembalasan
atas amal usahanya.
BAB
III
KESIMPULAN
Seperti
yang telah diuraikan diatas bahwa seorang laki-laki dan perempuan saling
mempunyai kesamaan dan perbedaan gender dalam suatu keluarga.
Kesamaannya
yaitu sama-sama mempunyai tugas untuk membuat kelurga itu nyaman, tentram dan
damai. Sama-sama bertanggung jawab atas apa yang terjadi didalam kelurga itu.
Perbedaannya
Cuma didalam tugas dan penempatanny. Semua suami bertugas menjadi kepala rumah
tangga dan bertugas mencukupi nafkah lahir batin kelurganya. Sedangkan seorang
istri bertugas mengatur keuangan dan mengatur dan merawat anak-anak. Jadi pada
intinya semua antara suami, istri, anak-anak saling bekerjasama agar
terwujudnya keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad
Mushthafa Al-Maraghi, 1987, Tafsir Al-Maraghi, Semarang: CV. Toha Putra.
M.
Quraish Shihab, 2002, Tafsir Al-Mibah, Jakarta: Lentera Hati.
Prof.
Dr. H. Mahmud Yunus, 2004, Tafsir Qur’anul Karim, Jakarta: Hida Karya Agung.
TM.
Hasbi Ash-Shiddieqy, 2000, Tafsir Qur’anul Majid An-nur 3, Semarang: Pustaka
Rizki Putra.
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah AWT yang telah memberikan berkahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah tafsir ini dengan tujuan semoga dapat bermanfaat
bagi pembacanya.
Tidak
lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. H. Hadi Rahmat, MA
selaku dosen mata kuliah tafsir yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu
dalam menyelesaikan pembuatan makalah tafsir ini.
Penulis
menyadari bahwa pembuatan makalah tafsir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar
dalam pembuatan makalah yang selanjutnya dapat lebih baik lagi. Amin.
by Ahsan (sejahteraahsan@gamil.com)