KISAH NABI MUHAMMAD SAW
4 Alasan Mengapa Harus Membaca Sirah Nabi
Banyak orang –di
kalangan umat Islam- tertarik membaca biografi orang-orang terkenal dan
sukses. Mereka membacanya dengan tujuan meneladani dan berusaha meniru
mereka agar bisa menggapai kesuksesan serupa. Namun sayangnya,
ketertarikan serupa tidak kita dapatkan pada buku-buku biografi Nabi
Muhammad ﷺ. Sehingga sebagian besar umat ini, tidak mengenal seseorang
yang mereka sebut dalam syahadat mereka. Mereka tidak mengenal orang
nomor satu dalam agama yang mulia ini.
Mengapa Anda harus membaca sirah atau biografi Nabi ﷺ? Setidaknya ada
4 alasan utama mengapa kita harus membaca sirah Nabi Muhammad ﷺ.
Berikut keempat alasan tersebut:
Pertama: Sirah Nabi ﷺ adalah sumber kedua dari syariat Islam.
Perlu kita tahu, sumber kedua dalam syariat Islam dapat kita pahami
dengan baik ketika kita telah mempelajari sirah Nabi. Ada beberapa hal
yang menjadi sumber syariat Islam. Yang pertama adalah Alquran. Dan yang
kedua adalah sunnah Nabi ﷺ. Sunnah sendiri berarti segala perkataan,
perbuatan, dan ketetapan Nabi ﷺ.
Maksud dari ketetapan di sini adalah perbuatan sahabat yang dipuji
atau didiamkan dan tidak ditegur Nabi ﷺ karena beliau menyepakatinya.
Tentu hal ini sangat erat kaitannya dengan kajian sirah Nabi. Sehingga,
sumber kedua hukum Islam tidak akan dipahami secara utuh kecuali dengan
mempelajari sirah Nabi ﷺ.
Setelah mengetahui tingginya kedudukan sunnah Nabi ﷺ dalam syariat
Islam, dari sini pula kita menyadari posisi kajian sirah Nabi ﷺ sebagai
jalan untuk memahami sunnah. Allah ﷻ berfirman,
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan Kami turunkan kepadamu Alquran, agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan.” (QS:An-Nahl | Ayat: 44).
Tanpa sirah dan tanpa sunnah, kita tidak akan mampu memahami Alquran.
Mempelajari sirah bukanlah semata-mata bacaan ringan atau hiburan,
tapi mempelajari sirah adalah mengkaji agama. Karena ia menjadi
penunjang memahami sumber pokok dari syariat ini. Dengan mempelajari
sirah Nabi ﷺ dan memahaminya dengan baik kita dapat mempraktikkan
ubudiyah kepada Allah dengan cara benar.
Namun sayang, sebagian umat Islam ada yang meragukan periwayatan
sunnah dan sirah Nabi ﷺ. Mereka mencukupkan diri dengan Alquran saja.
Nabi ﷺ telah memperingatkan kita akan kelompk ini. Sebagaimana sabda
beliau ﷺ:
عَنِ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِي كَرِبَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” أَلا إِنِّي
أُوتِيتُ الْكِتَابَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ، أَلا إِنِّي أُوتِيتُ الْقُرْآنَ
وَمِثْلَهُ مَعَهُ، أَلا يُوشِكُ رَجُلٌ شَبْعَانُ عَلَى أَرِيكَتِهِ،
يَقُولُ: عَلَيْكُمْ بِالْقُرْآنِ فَمَا وَجَدْتُمْ فِيهِ مِنْ حَلالٍ
فَأَحِلُّوهُ، وَمَا وَجَدْتُمْ فِيهِ مِنْ حَرَامٍ فَحَرِّمُوهُ، أَلا لا
يَحِلُّ لَكُمْ لَحْمُ الْحِمَارِ الأَهْلِيِّ وَلا كُلِّ ذِي نَابٍ مِنَ
السَّبُعِ ”
Dari al-Miqdaam bin Ma’dii Karib, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda,
“Ketahuilah, sesungguhnya telah diturunkan kepadaku al-Kitab dan yang
semisalnya (as-Sunnah) bersamanya. Ketahuilah, sesungguhnya telah
diturunkan kepadaku Alquran dan yang semisalnya (As-Sunnah) bersamanya.
Ketahuilah, dikhawatirkan akan ada seseorang yang duduk kenyang di atas
dipannya seraya berkata: ‘Wajib bagi kalian berpegang pada Alquran ini.
Apa saja yang kalian dapati di dalamnya dari perkara halal, maka
halalkanlah, dan apa aja yang kalian dapati di dalamnya dari perkara
haram, maka haramkanlah’. Ketahuilah, tidak dihalalkan bagi kalian
daging keledai jinak dan binatang buas yang mempunyai taring.” (HR. Abu
Daawud no. 4604 dan Ibnu Hibbaan no. 12).
Alquran sendiri telah membantah mereka yang hanya menjadikan Alquran sebagai satu-satunya sumber syariat. Allah ﷻ berfirman,
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati
Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami
tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS:An-Nisaa |
Ayat: 80).
فَلاَ وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ
بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ
وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 65).
Dan firman-Nya juga,
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS:Al-Hasyr | Ayat: 7).
Para sahabat Nabi ﷺ tidak membedakan Alquran dan sunnah. Terkadang
mereka mengkaji Alquran dan terkadang pula mereka belajar al-hadits Nabi
ﷺ.
Kedua: Mengenal sosok Nabi Muhammad ﷺ.
Rasulullah ﷺ adalah manusia terbaik. Beliau juga penutup para nabi
dan rasul serta yang terbaik di antara mereka. Tokoh yang satu ini
adalah tokoh terbesar dalam sejarah manusia, dari manusia pertama, Adam,
hingga kelak terjadinya kiamat.
Tokoh satu ini sangat layak untuk dipelajari perjalanan hidupnya.
Banyak alasan mengapa perjalanan hidup (sirah) beliau layak dipelajari.
Alasan yang paling utama tentu saja, karena beliau seorang rasul, utusan
Rab penguasa alam semesta. Jika Allah menghendaki, tentu Dia mampu
berbicara kepada para hamba-Nya secara langsung. Namun Allah tidak
menghendaki yang demikian, ia mengangkat seorang utusan yang menjadi
perantara Dia dan hamba-hamba-Nya. Allah ﷻ memilih beliau ﷺ dari seluruh
hamba-hamba-Nya.
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الهَوَى * إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Alquran) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).” (QS:An-Najm | Ayat: 4).
Oleh karena itu, wajib bagi kita menerima hadits-hadits Nabi ﷺ.
Konsekuensinya pula wajib bagi kita mempelajari sirahnya. Karena sirah
adalah praktik nyata perintah Allah melalui diri Rasulullah ﷺ.
Ketiga: Menimbulkan Kecintaan Kepada Nabi ﷺ.
Seseorang wajib mengupayakan bagaimana agar ia bisa mencintai Nabi ﷺ.
Karena mencintai beliau ﷺ adalah sebuah kewajiban. Cinta kepada beliau
harus di atas cinta kepada seluruh makhluk lainnya. Nabi ﷺ bersabda,
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Salah seorang di antara kalian tidak beriman (dengan sempurna)
sampai aku lebih dicintainya dari anak dan kedua orang tuanya serta
seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita pun telah mendengar dialog Nabi ﷺ dengan Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu,
قال عمر بن الخطاب: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ
كُلِّ شَيْءٍ، إِلاَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ : “لاَ
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ
نَفْسِكَ”. فَقَالَ عُمَرُ: وَاللَّهِ لأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ
نَفْسِي. فَقَالَ : “الآنَ يَا عُمَر
Umar berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih
aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri”. Maka Nabi ﷺ
bersabda, “Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, hingga aku lebih engkau
cintai daripada dirimu sendiri”. Kemudian Umar berkata kepada beliau,
“Sesungguhnya sejak saat ini, engkau lebih aku cintai daripada diriku
sendiri”. Maka Nabi ﷺ bersabda, “Sekarang (baru benar) wahai ‘Umar”.
(HR. al-Bukhari no. 6632).
Ada tiga hal yang membuat seseorang cinta kepada orang lainnya: (1)
Secara fisik orang tersebut menarik, (2) orang tersebut memiliki
perangai yang baik. Karena setiap orang akan memuji dan suka dengan
sifat-sifat terpuji, dan (3) orang tersebut berjasa terhadap dirinya.
Ketika seseorang berjasa, maka ada penghormatan, kecintaan, dan
keinginan untuk membahagiakannya pula.
Nabi ﷺ adalah seorang yang menarik secara fisik. Banyak riwayat yang
menerangkan tentang ketampanan beliau. Beliau ﷺ seorang yang terbaik
akhlaknya. Allah ﷻ memujinya sebagai pemilik akhlak mulia. Dan beliau ﷺ
juga orang yang sangat berjasa terhadap umatnya bahkan kepada seluruh
manusia, jin, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Semua itu tidak akan dapat
kita ketahui kecuali dengan membaca sirah perjalanan hidup beliau ﷺ.
Dengan mempelajari sirah, seseorang akan semakin mengenal Nabi ﷺ.
Semakin mengenal beliau, maka semakin bertambah kecintaan kepadanya.
Keempat: kita akan paham apa yang dimaksud dengan sikap hikmah.
Hikmah adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Hikmah tidaklah
selalu berada di tengah-tengah. terkadang memihak pun disebut hikmah.
Orang sering menyebut sikap hikmah ini dengan bijaksana. Buah dari sikap
hikmah dan bijak Rasulullah ﷺ adalah:
- Menaklukkan hati seseorang.
Nabi ﷺ tidak hanya mampu menaklukkan hati para sahabatnya saja,
sehingga para sahabat jatuh hati padanya. Namun beliau juga mampu
menaklukkan hati musuh-musuhnya.
- Mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi
Ini merupakan salah satu buah terpenting dari mempelajari sirah. Pada
saat beliau diutus, setidaknya ada 360 berhala di sekitar Ka’bah.
Beliau ﷺ tidak langsung bergerak menghancurkan berhala walaupun
menentang kesyirikan adalah perintah pertama. Sampai tiba masanya.
Beliau memiliki kekuatan. Tidak satu pun berhala tersisa di Jazirah
Arab.
Beliau tinggal di Mekah selama 13 tahun pasca menerima wahyu.
Kedai-kedai khamr dan kemah-kemah perzinahan menyebar, namun tidak
pernah beliau mengadakan penggerebekan sekalipun. Kemudian di masa
berikutnya, beliau menegakkan hokum had, walaupun terhadap wanita
bangsawan Ghamidiyah.
Suatu waktu beliau mengadakan perjanjian damai dengan orang-orang
Yahudi. Di waktu lainnya, beliau memerangi mereka karena berkhianat.
Mengapa beliau tidak memerangi Yahudi di waktu damai? Dan mengapa tidak
mengadakan perdamaian ketika terjadi sengketa? Semua karena sikap
hikmah. Hikmah itu bisa tegas dan bisa lembut. Hikmah itu bisa dalam
bentuk perdamaian bisa pula mengadakan peperangan. Tidak seperti yang
dipahami orang-orang saat ini. Satu kelompok menginginkan damaiiii…
terus, walaupun mengorbankan syariat. Satu pihak lagi menginginkan
perangggg… terus, walaupun merugikan dakwah.
Ada masa beliau memerintahkan para sahabatnya bersabar. Ketika
keluarga Yasir disiksa oleh Quraisy, beliau perintahkan sabar dan
menjanjikan surga atas kesabaran tersebut. Beliau tidak angkat senjata
membuat perhitungan kepada Quraisy. Di situasi lain, beliau menyiapkan
pasukan untuk menghadapi Yahudi bani Qainuqa’ lantaran membunuh seorang
muslim dan melecehkan kehormatan muslimah. Nabi juga memerangi negara
adidaya Romawi karena membunuh dua orang muslim. Namun zaman ini dengan
zaman Mekah adalah suatu yang berbeda.
Hikmah, tepat dalam menerapkan syariat, berkata dan berbuat seperti ini tidak akan kita pahami kecuali dengan mempelajari sirah.
- Bertahap dalam penerapan amar makruf nahi mungkar dan pendidikan.
Nabi ﷺ menempuh metode bertahap dalam amar makruf nahi mungkar dan
pendidikan. Seperti dalam penerapan hokum khamr, riba, dan jihad.
- Pertengah dan Moderat
Di antara nikmat Allah kepada umat ini adalah ia menjadikan umat ini umat pertengahan. Sebagaimana firman Allah,
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 143).
Kita tidak boleh meremehkan dan juga tidak boleh kaku dan berlebihan.
Contohnya dalam permasalahan pernikahan. Nabi ﷺ memerintahkan umatnya
untuk menikah. Namun pernikahan tidak boleh menghalangi seseorang dari
dakwah atau berjihad di jalan Allah, atau berinfak.
Sikap pertengahan dan moderat ini tidak akan tepat praktiknya jika
kita tidak mengkaji sirah Nabi ﷺ. Dengan meneladani sikap pertengahan
ini seseorang tidak akan menyia-nyiakan hak Allah ﷻ dan juga hak sesama
hamba.