Peristiwa pembakaran sebuah masjid saat sedang dilaksanakan Shalat
Idul Fitri di Tolikara, Papua, membuka mata semua orang. Aksi terorisme
bukanlah monopoli satu kelompok, agama, atau ras tertentu saja. Teroris
metelah lama ada dan diadopsi banyak manusia. Ia bukanlah persoalan
pelaku semata.
Tapi melibatkan ideologi juga. Ia bukanlah monopoli ras atau agama
tertentu. Tapi perjalanan sejarahnya telah ditulis oleh banyak kemlompok
dan individu. Ia tidak melulu menampilkan fisik berjanggut lebat dan
bersurban. Kadang mereka berdasi dan berlaku lebih mengerikan.
Kini, boleh jadi sekelompok orang menamakan diri moderat dan toleran.
Namun ternyata mereka sempit pengetahuan dan pemahaman. Karena apa?
Karena hanya tahu kalau terorisme itu adalah monopoli ras dan agama
tertentu saja.
Pengertian Terorisme
Terorisme belum memiliki pengertian yang utuh menyeluruh. Ia masih
didominasi banyak kepentingan dan dorongan kekuasaan. Negara-negara kuat
mendefinisikan terorisme dengan menyebut orang ketiga. Meskipun mereka
adalah pelakunya.
Intinya, terorisme adalah sebuah ideologi yang mendorong untuk
melakukan kekerasan, untuk menciptakan kondisi atau sebuah iklim
ketakutan di dalam masyarakat. Jadi, mereka bukan hanya sekedar
melakukan pembunuhan. Namun mereka juga menimbulkan efek ketakutan yang
luas. Kemudian pengertian ini berkembang bahwa terorisme adalah cara
atau teknik intimidasi dengan sasaran sistematik, demi suatu kepentingan
tertentu (Hendropriyono, 2009: 25).
Sejarah Aksi Terorisme
Motivasi Agama/Ideologi
Pertama: Kelompok Assassins
Sejarah mencatat pada abad ke-11 terdapat Ordo Para Pembunuh (Order of the Assassins)
yaitu sebuah cabang dari kaum Syiah Ismailiyah. Hassan Sabah, pendiri
ordo ini lahir di Qom, pusat Syiah di Persia utara (Iran sekarang).
Hassan Sabah mengadopsi doktrin Syiah Ismailiyah yang ekstrim yang
mendorongnya untuk melakukan pembunuhan dan perampasan beberapa benteng
di pegunungan. Seperti Benteng Alamut yang direbut pada tahun 1090.
Korban pertama pembunuhan mereka di perkotaan adalah perdana mentri
dari Sultan Baghdad, Nizham al-Mulk, yang bermadzhab Sunni.Tahun-tahun
berikutnya kelompok pembunuh ini aktif beroprasi di Persia, Suriah, dan
Palestina. Mereka membunuh sejumlah besar musuhnya yang kebanyakan
orang-orang Sunni.
Di samping itu, sasaran mereka juga orang-orang Kristen, termasuk
Count Raymond II dari Tripoli yang dibunuh di Suriah. Juga Marquis
Conrad dari Montferrat yang memerintah kerajaan Jerusalem.
Kedua: Thugee
Thugge (pembunuh sadis) adalah kelompok teroris Hindu India yang
muncul pada tahun 1356. Kelompok ini setidaknya beraksi selama 450 tahun
atau bahkan 600 tahun. Mereka menjalankan aksinya atas dasar motivasi
religius. Aksi teror yang mereka lakukan adalah persembahan untuk Dewi
Kali.
Mereka membunuh korban-korbannya dengan cara mencekik leher. Setelah
korban tewas, mereka membakar jasad-jasadnya dan merampok benda-benda
berharga.
Ketiga: Kelompok Teroris Yahudi, Sicari.
Kelompok Sicari melakukan aksinya dengan sistematis. Mereka terlibat
dalam pengepungan terhadap ‘pengikut setianya’ untuk kemudian melakukan
bunuh diri kolektif. Seperti yang terjadi di Masada tahun 1973. Para
ultra-patriot tersebut menyerang musuh pada siang hari. Di tempat-tempat
ramai. Serta kerap dilakukan pada masa liburan atau hari-hari besar.
Kelompok teroris Yahudi ini menggunakan senjata tajam yang disebut
sica.Sejenis pisau pendek yang disembunyikan di balik jubah yang mereka
pakai. Mereka membunuh seorang petinggi Katolik. Membakar rumah orang
awam. Menghancurkan arsip-arsip negara. Serta menjarah istana dinasti
Herodes.
Serangan mereka juga ditujukan kepada para lintah darat. Kemudian
mengadakan perang gerilya di daerah pedalaman Roma. Adapun pusat
kegiatan terorisme Sicari adalah di Jerusalem.
Keempat: Teroris Kaum Fasis dan Komunis
Di era Perang Dunia I, di Rusia muncul kelompok yang dikenal dengan The Black Hundred.
Kelompok anti-Semit ini terlibat dalam pembantaian umum dan pembunuhan
beberapa pemimpin liberal saat itu. Ada pula Ustasha di Kroasia.
Kelompok ini menuntut kemerdekaan atas wilayah mereka. Aksi Ustasha yang
paling menyentak adalah pembunuhan atas Raja Alexander dari Yugoslavia
dan Perdana Mentri Perancis Louis Barthou saat keduanya mengadakan
pertemuan di Marseiles bulan April 1934.
Di Rumania muncul The Iron Guard yang sebelumnya dikenal
dengan Legiun Malaikat Michael. Kelompok ini melakukan aksi terorisme di
Eropa Timur sampai Timur Tengah. Demikian juga aksi teroris kaum
komunis di Bulgaria pada tahun 1923 yang meledakkan Katedral Sofia.
Kelima: Teroris Yahudi di Palestina.
Aksi terorisme di Palestina dipelopori oleh kelompok Yahudi yang bernama Irgun. Mereka muncul di era Perang Dunia II.
Kemudian beberapa anggota kelompok ini bergabung dengan Inggris. Ada
pula kelompok yang lebih kecil dari Irgun, Genk Stern (Pejuang bagi
Kebebasan Israel). Dan teroris Yahudi pendukung zionis yang dikenal
dengan Haganah.
Masih banyak sekali kelompok-kelompok teroris yang memiliki motivasi
ideologi, baik dari Islam maupun non-Islam. Seperti: Jamaah Islamiyah,
al-Qaeda, Hizbullah, ISIS, Biksu Budha Myanmar, dll.
Motivasi Sosial dan Politik
Pertama: Pejuang Kemerdekaan Amerika
Dahulu, Kerajaan Inggris menyebut jaringan revolusioner Amerika
Serikat sebagai teroris. Para revolusioner ini terlibat dalam pemaksaan
wajib militer bagi orang-orang Amerika dengan sanksi yang mengerikan.
Mereka menembak mati orang-orang yang dituduh sebagai pengkhianat. Dan
kebanyakan di antara mereka adalah salah sasaran. Mereka menyiksa dan
membunuh para pembelot dan orang-orang yang lari dari medan perang
karena sakit atau takut. Mereka menjarah dan merampok dengan kejam
tanpa terkecuali. Hal itu bertujuan untuk mengumpulkan dana revolusi.
Dalam kacamata abad 21, maka para pejuang kemerdekaan Amerika Serikat
dikategorikan sebagai teroris.
Kedua: The Secret Society (Masyarakat Rahasia) di Italia.
The Secret Society berjuang untuk persatuan Italia. Kelompok
yang memiliki ciri menggunakan Karaben (sejenis senjata api otomatis)
ini berhasil mencapai cita-citanya padatahun 1871. Mereka adalah
kelompok karaben yang tak mengenal belas kasihan. Orang-orang yang
menghalangi mereka, akan dibunuh tanpa terkecuali.
Sebagaimana kebiasaan teroris, anggota kelompok ini juga memutuskan
hubungan individual dengan keluarga-keluarga mereka. Setiap anggota
harus melakukan apa saja yang dikehendaki olehkelompok. Bahasa haus
darah menjadi ciri khas gerakan ini.
Kemudian, kelompok ini menginspirasi terbentuknya masyarakat rahasia anti Austria dan masyarakat rahasia anti Revolusi Perancis.
Ketiga: Internal Macedonian Revolutionary Organization (IMRO)
IMRO adalah alat pemerintah Bulgaria yang sebagian besar digunakan
untuk melawan Yugoslavia. Ketergantungan IMRO terhadap Bulgaria
berujung pada perpecahan dan perang internal di antara teroris IMRO
sendiri. Korban-korban yang berjatuhan pada akhirnya yang paling banyak
adalah penduduk Macedonia sendiri dari pada musuh-musuh IMRO.
Pada akhirnya, Macedonia tidak berhasil memperoleh kemerdekaannya
secara utuh. Kemerdekaan baru tercapai setelah bubarnya Yugoslavia.
Dan masih banyak lagi kelompok teroris yang aksinya dilatar-belakangi
isu sosial dan politik. Seperti Tupamaros di Uruguay, Organisasi Papua
Merdeka (OPM), gangster-gangster,dan termasuk aksi terror seorang
Kristen yang bernama Andres Breivikpada 22 Juli 2011. Seorangdiri, ia
membunuh 77 orang dan melukai 319 lainnya. Kebanyakan dari korban adalah
anak-anak.
Penutup
Dengan demikian, memojokkan umat Islam dengan gelaran teroris adalah
tuduhan tak beralasan. Hal itu semata-mata hasutan dan upaya menyebar
kebencian. Sama halnya menuduh etnik atau ras tertentu sebagai teroris.
Teroris tidak dipandang dari ciri fisinya. Ia adalah sebuah ideologi atau pemikiran yang tersimpan di kepala dan dada pelakunya.
Sumber:
– Hendrpriyono, 2009, Terorisme; Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam. Jakarta: Kompas.
– wikipedia.org
– Hendrpriyono, 2009, Terorisme; Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam. Jakarta: Kompas.
– wikipedia.org