Kisah berikutnya adalah tentang kota yang mati yang hidup kembali.
Kota yang porak-poranda; dinding-dinding bangunanya runtuh menghujam
tanah, atap-atapnya tersungkur ditutupi dinding penyanggah, penduduknya
punah, binasa tak ada kehidupan di sana, khayal manusia tak mampu
menerka, tak mungkin kota mati itu bisa hidup kembali. Namun Allah ﷻ,
Dialah yang ketika berkehendak cukup memfirmankan jadilah!, maka keadaan
pun berubah.
Allah ﷻ kisahkan keajaiban penciptaan-Nya dalam ayat berikut ini:
أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ
عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىٰ يُحْيِي هَٰذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۖ
فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ ۖ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۖ
قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۖ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ
عَامٍ فَانْظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ
وَانْظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِلنَّاسِ ۖ وَانْظُرْ
إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا ۚ فَلَمَّا
تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu
negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata:
“Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka
Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya
kembali. Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?” Ia
menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah
berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya;
lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan
lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami
akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah
kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali,
kemudian Kami membalutnya dengan daging”.
Maka tatkala telah nyata
kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata:
“Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS:Al-Baqarah
| Ayat: 259).
Para ulama mengutarakan banyak pendapat tentang tokoh utama dalam
ayat ini. Ada yang menyebut ia adalah Uzair. Ada pula yang menyatakan
Khidir atau Khadir. Yang lain mengakatan Hazkil bin Bura (Arab: حزقيل بن
بورا) salah seorang nabi bani Israil. Dan Mujahid berpendapat bahwa
kisah ini tentang, “Seorang laki-laki dari bani Israil”.
Masyhur disebutkan bahwa kota mati itu adalah Baitul Maqdis. Ketika
orang tersebut melihat betapa parah kerusakan Baitul Maqdis. Atap yang
telah mengendap, berbalik di bawah dinding. Kehidupan yang sirna. Hingga
tidak terbesit di benaknya bagaimana kota itu bisa pulih. Ia berkata,
“Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?”
Kemudian Allah ﷻ mewafatkannya dan menghidupkannya kembali 100 tahun kemudian.
“Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali.”
Bagian tubuh pertama yang Allah hidupkan dari orang tersebut adalah
matanya, agar ia melihat bagaimana Allah ﷻ mampu menghidupkan kembali
tubuhnya yang telah hancur. Tubuh yang telah binasa sebagaimana
binasanya kota Baitul Maqdis. Kemudian melalui malaikat-Nya, Allah
bertanya kepadanya,
“Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?”
Allah wafatkan ia di pagi hari, kemudian 100 tahun berikutnya, Dia
bangkitkan di saat sore. Matanya melihat warna kuning mentari pagi telah
berubah menjadi jingganya sore hari. Ia pun menjawab,
“Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.”
Selain masih merasakan sinar matahari, ia juga melihat bekalnya masih
sempurna. Buah Tin belum berkerut dan menjadi kecut. Anggur belum
berjamur dan busuk. Dan sari buahnya belum hilang dan menguap. Namun
Allah ﷻ katakan,
“Sebenarnya kamu telah tinggal di
sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang
belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi
tulang belulang).”
Lihatlah keledaimu yang telah berubah menjadi tulang, akan kami
hidupkan kembali di hadapanmu. Dan kamu sendiri Kami jadikan bukti bagi
manusia tentang benarnya hari kebangkitan kelak. Hari kebangkitan yang
didustakan karena kata mereka kemustahilan. Sebagaimana sangkaanmu
bagaimana bisa kota yang sangat porak-poranda bisa segera utuh kembali.
“Kami akan menjadikan kamu tanda
kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai
itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya
dengan daging.”
70 tahun setelah kematiannya (sebelum ia dibangkitkan), orang-orang
berdatangan ke Baitul Maqdis. Mereka tinggal di sana dan meramaikannya
dengan berbagai aktivitas. Bangunan-bangunan kembali utuh. Penghuninya
kembali hadir. Terdengar kembali suara manusia di pasar dan kota. Ia
menyaksikan semua yang sebelumnya tidak ia bayangkan. Ia merasakan
sesuatu yang ia kira tidak mungkin terjadi.
Demikianlah kehidupan setelah kematian kelak. Sekarang manusia
mendustakan, nanti mata mereka sendiri menyaksikan. Mereka ingkari jasad
akan berbangkit. Maka Allah akan bangkitkan jasad dan ruh bersamaan.
Mereka tidak bisa membayangkan bagaimana matahari hanya satu mil. Allah
akan beri bukti, dan mereka yang menyaksikan sendiri. Manusia bingung
dan bertanya bagaimana bisa tubuh tenggelam oleh keringat di hamparan
padang yang luas. Bisa jadi merekalah yang terselam oleh keringat.
Ada surga balasan bagi mereka yang bertakwa. Ada neraka untuk
menghukum mereka yang hidup semaunya. Ada kenikmatan yang tidak pernah
dilihat. Tidak pernah terdengar. Tidak pula terbayangkan. Dan ada pula
siksa yang kejamnya tak terkira. Sakitnya tak terperi. Dan deritanya
takkan terbayar oleh penyesalan.
Orang ini berkata,
Maka tatkala telah nyata
kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata:
“Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Namun pada hari kebangkitan, tidak lagi kalimat ini diterima.
Pelajaran sudah disampaikan. Contoh sudah diberikan. Tinggal kita yang
mengambil pelajaran.
Ya Allah ﷻ kami mohon taufik-Mu untuk mengamalkan apa yang Engkau
cintai dan ridhai. Menjauhi segala semua yang Engkau larang. Engkaulah
yang kuasa atas segala sesuatu.
Daftar Pustaka:
– http://quran.ksu.edu.sa/tafseer/katheer/sura2-aya259.html#katheer
– http://quran.ksu.edu.sa/tafseer/katheer/sura2-aya259.html#katheer