Asal Usul Sunan Gunung Jati
Dalam usia yang begitu muda Syarif Hidayatullah ditinggal mati oleh ayahnya. Ia
ditunjuk untuk menggantikan kedudukannya sebagai Raja Mesir tapi anak yang
masih berusia dua puluh tahun itu tidak mau. Dia dan ibunya bermaksud pulang ke
tanah jawa berdakwah di Jawa Barat. Kedudukan ayahnya itu kemudian diberikan
kepada adiknya yaitu Syarif Nurullah.
Sewaktu berada di negeri Mesir Syarif
Hidayatullah berguru kepada beberapa ulam besar didaratan timur tengah. Dalam
usia muda itu ilmunya sudah sangat banyak, maka ketika pulang ke tanah
leluhurnya yaitu Jawa ia tidak merasa kesulitan melakukan dakwah.
22. Perjuangan
Sunan Gunung Jati
Sering kali terjadi kerancuan antara nama
Fatahillah dengan Syarif Hidayatullah yang bergelar Sunan Gunung Jati. Orang
menganggap Fatahillah dan Syarif Hidayatullah adalah satu, tetapi yang benar
adalah dua orang. Syarif Hidayatullah cucu Raja Pajajaran adalah seorang
penyebar Islam di Jawa Barat yang kemudian disebut Sunan Gunung Jati. Sedangkan
Fatahillah adalah seorang pemuda Pasai yang dikirim Sultan Trenggana membantu
Sunan Gunung Jati berperang melawan Portugis. Bukti bahwa Fatahillah bukan
Sunan Gunung Jati adalah makam dekat Sunan Gunung Jati yang ada tulisan Tubagus
Pasai adalah Fathullah atau Fatahillah atau Faletehan menurut Lidah Orang
Portugis......
Syarif Hidayatullah dan ibunya Syarifah
Muda’im datang ke negeri Caruban Larang Jawa Barat pada tahun 1475 sesudah
mampir dahulu di Gujarat dan Pasai untuk menambah pengalaman. Kedua orang itu
disambut gembira oleh Pangeran Cakrabuana dan keluarganya. Syekh Datuk Kahfi
sudah wafat, guru Pangeran Cakrabuana dan Syarifah Muda’im itu dimakamkan di
Pasambangan. Dengan alasan agar selalu dekat dengan makam gurunya. Syarifah
Muda’im minta diizinkan tinggal di Pasambangan atau Gunung Jati.
Syarifah Muda’im dan puteranya Syarif
Hidayatullah meneruskan usaha Syekh Datuk Lahfi. Sehingga kemudian hari Syarif
Hidayatullah terkenal sebagai Sunan Gunung Jati. Tibalah saat yang ditentukan,
pangeran Cakrabuana menikahkan anaknya yaitu Nyi Pakungwati dengan Syarif
Hidayatullah. Selanjutnya yaitu pada tahun 1479 karena usia lanjut pangeran
Cakrabuana menyerahkan kekuasaan negeri Caruban kepada Syarif Hidayatullah
dengan gelar Susuhan yaitu orang yang dijunjung tinggi.
Disebutkan, pada tahun pertama
pemerintahannya Syarif Hidayatullah berkunjung ke Pajajaran untuk mengunjungi
kakeknya yaitu Prabu Siliwangi. Sang Prabu diajak masuk Islam kembali tetapi
tidak mau. Meski Prabu Siliwangi tidak mau masuk Islam, dia tidak menghalangi
cucunya menyiarkan agama Islam di wilayah Pajajaran.
Syarif Hidayatullah kemudian melanjutkan
perjalanannya ke Serang. Penduduk Serang sudah ada yang masuk Islam dikarenakan
banyaknya saudagar dari Arab dan Gujarat yang sering singgah ke tempat itu.
Kedatangan Syarif Hidayatullah disambut baik oleh Adipati Banten. Bahkan Syarif
Hidayatullah dijodohkan dengan puteri Adipati Banten yang bernama Nyi
Kawungten. Dari perkawinannya inilah kemudian Syarif Hidayatullah dikaruniai
dua orang putera yaitu Nyi Ratu Winaon dan Pangeran Sebakingking. Dalam
menyebarkan agama Islam di tanah jawa, Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung
Jati tidak bekerja sendirian, beliau sering bermusyawarah dengan anggota para
wali lainnya di mesjid Demak. Bahkan disebutkan beliau juga membantu
berdirinya mesjid Demak.
Dari pergaulannya dengan Sultan Demak dan
para wali lainnya ini akhirnya Syarif Hidayatullah mendirikan Kesultanan
Pakungwati dan ia memploklamirkan diri sebagai raja yang pertama dengan gelar
Sultan. Dengan berdirinya Kesultanan tersebut Cirebon tidak lagi mengirim upeti
kepada Pajajaran yang biasanya disalurkan lewat Kadipaten Galuh.
Dengan bergabungnya prajurit dan perwira
pilihan ke Cirebon maka makin bertambah besarlah pengaruh Kesultanan
Pakungwati. Daerah-daerah lain seperti: Surakanta, Japura, Wanagiri, Telaga dan
lain-lain menyatakan diri menjadi wilayah Keslutanan Cirebon. Lebih-lebih
dengan diperluasnya Pelabuhan Muara Jati, makin bertambah besarlah Kasultanan
Cirebon. Banyak pedagang besar dari negeri asing datang menjalin persahabatan.
Diantaranya dari negeri Tiongkok. Salah seorang keluarga istana Cirebon kawin
dengan pembesar dari negeri Cina yang berkunjung ke Cirebon yaitu Ma Huan. Maka
jalinan antara Cirebon dan negeri Cina makin erat.
Bahkan Sunan Gunung Jati pernah diundang ke
negeri Cina dan kawin dengan puteri Kaisar Cina bernama puteri Ong Tien. Kaisar
Cina pada saat itu dari dinasti Ming juga beragama Islam. Dengan perkawinan itu
sang Kaisar ingin menjalin erat hubungan baik antara Cirebon dan negeri Cina,
hal ini ternyata menguntungkan bangsa Cina untuk dimanfaatkan dalam dunia
perdagangan.
Sesudah kawin dengan Sunan Gunung Jati,
puteri Ong Tien diganti namanya menjadi Nyi Ratu Rara Semanding. Kaisar ayah
puteri Ong Tien ini membekali puterinya dengan harta benda yang tidak sedikit.
Sebagian besar barang-barang peninggalan puteri Ong Tien yang dibawa dari
negeri Cina itu sampai sekarang masih ada dan tersimpan di tempat yang aman.
Istana dan Mesjid Cirebon kemudian dihiasi lagi dengan motif-motif hiasan
dinding dari negeri Cina.
Mesjid Agung Sang Ciptarasa dibangun pada
tahun 1980 atas prakarsa Nyi Ratu Pakungwati atau isteri Sunan Gunung Jati.
Dari pembangunan mesjid itu melibatkan banyak pihak, diantaranya Wali Songo dan
sejumlah tenaga ahli yang dikirim oleh Raden Patah. Dalam pembangunan itu Sunan
Kalijaga mendapat penghormatan untuk mendirikan Soko Tatal sebagai lambang
persatuan umat. Selesai membangun mesjid, diteruskan dengan membangun jalan
raya yang menhubungkan Cirebon dengan daerah-daerah Kadipaten lainnya untuk
memperluas pengembangan Islam diseluruh tanah pasundan. Prabu Siliwangi hanya
bisa menahan diri atas perkembangan wilayah Cirebon yang semakin luas itu.
Bahkan wilayah Pajajaran sendiri sudah semakin terhimpit.
Pathak Warak menyumpah-nyumpah, hatinya marah
sekali diperlakukan seperti itu. Apalagi dilihatnya para tamu undangan
menertawakan kekonyolan itu, diapun semakin malu. Hampir saja Roroyono
ditamparnya kalau tidak ingat bahwa gadis itu adalah puteri gurunya.
Pada tahun 1511 Malaka diduduki oleh bangsa
Portugis. Selanjutnya mereka ingin memperluas kekuasaannya ke pulau jawa.
Pelabuhan sunda kelapa yang jadi incaran mereka untuk menancapkan kuku
penjajahan. Demak Bintoro tahu bahaya besar yang mengancam kepulauan nusantara.
Oleh karena itu Raden Patah mengirim adipati Unus atau Pangeran Sabrang Lor
untuk menyerang Portugis di Malaka. Ada salah seorang pejuang Malaka yang ikut
ke tanah jawa yaitu Fatahillah. Ia bermaksud meneruskan perjuangannya di tanah
jawa. Dan dimasa Sultan Trenggana ia diangkat menjadi panglima perang.
Pengalaman adalah guru yang terbaik, dari
pengalamannya bertempur di Malaka tahulah Fatahillah titik-titik lemah tentara
dan siasat Portugis. Itu sebabnya dia dapat memberi komando dengan tepat dan
setiap serangan Demak-Cirebon selalu membawa hasil gemilang. Akhirnya Portugis
dan Pajajaran kalah, Portugis kembali ke Malaka, sedang tentara Pajajaran cerai
berai tak menentuk arahnya.
Selanjutnya Fatahillah ditugaskan mengamankan
Banten dari gangguan para pemberontak yaitu sisa-sisa pasukan Pajajaran. Usaha
ini tidak menemui kesulitan karena Fatahillah dibantu putera Sunan Gunung Jati
yang bernama Pangeran Sebakingking. Dikemudian hari Pangeran Sebakingking ini
menjadi penguasa Banten dengan gelar Pangeran Hasanuddin.
Kurang lebih sekitar tahun 1479, Sunan Gunung
Jati pergi ke daratan Cina dan tinggal didaerah Nan King. Di sana ia digelari
dengan sebutan Maulana Insanul Kamil.
Daratan Cina sejak lama dikenal sebagai
gudangnya ilmu pengobatan, maka disanalah Sunan Gunung Jati juga berdakwah
dengan jalan memanfaatkan ilmu pengobatan. Beliau menguasai ilmu pengobatan
tradisional. Disamping itu , pada setiap gerakan fisik dari ibadah Sholat
sebenarnya merupakan gerakan ringan dari terapi pijat atau akupuntur, terutama
bila seseorang mau mendirikan Sholat dengan baik, benar lengkap dengan amalan
sunah dan tuma’ninahnya. Dengan mengajak masyarakat Cina agar tidak makan
daging babi yang mengandung cacing pita, dan giat mendirikan sholat lima waktu,
maka orang yang berobat kepada Sunan Gunung Jati banyak yang sembuh sehingga
nama Gunung Jati menjadi terkenal di seluruh daratan Cina.
Di negeri naga itu Sunan Gunung Jati
berkenalan dengan Jenderal Ceng Ho dan sekretaris kerajaan bernama Ma Huan,
serta Feis Hsin, ketiga orang ini sudah masuk Islam. Pada suatu ketika Sunan
Gunung Jati berkunjung ke hadapan kaisar Hong Gie, pengganti kaisar Yung Lo
dengan puteri kaisar yang bernama Ong Tien. Menurut versi lain yang mirip
sebuah legenda, sebenarnya kedatangan Sunan Gunung Jati di negeri Cina adalah
karena tidak sengaja. Pada suatu malam, beliau hendak melaksanakan sholat
tahajjud. Beliau hendak sholat di rumah tetapi tidak khusu’ lalu beliau sholat
di mesjid, di mesjid juga belum khusu’. Beliau heran padahal bagi para wali,
sholat tahajjud itu adalah kewajiban yang harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Kemudian Sunan Gunung Jati sholat diatas perahu dengan khusu’.
Bahkan dapat tidur dengan nyenyak setelah sholat dan berdo’a.
Ketika beliau terbangun beliau merasa kaget.
Daratan pulau jawa tidak nampak lagi. Tanpa sepengetahuannya beliau telah
dihanyutkan ombak hingga sampai ke negeri Cina. Di negeri Cina beliau membuka
praktek pengobatan. Pendudu Cina yang berobat disuruhnya melaksanakan sholat.
Setelah mengerjakan sholat mereka sembuh. Makin hari namanya makin terkenal,
beliau dianggap sebagai sinshe yang berkepandaian tinggi terdengar oleh kaisar.
Sunan Gunung Jati dipanggil keistana, kaisar hendak menguji kepandaian Sunan
Gunung Jati sebagai tabib dia pasti dapat mengetahui mana seorang yang hamil
muda atau belum hamil.
Dua orang puteri kaisar disuruh maju. Seorang
diantara mereka sudah bersuami dan sedang hamil muda atau baru dua bulan.
Sedang yang seorang lagi masih perawan namun perutnya diganjal dengan bantal
sehingga nampak seperti orang hamil. Sementara yang benar-benar hamil perutnya
masih kelihatan kecil sehingga nampak seperti orang yang belum hamil. Hai tabib
asing, mana diantara puteriku yang hamil? Tanya kaisar.
Sunan Gunung Jati diam sejenak. Ia berdoa
kepada Tuhan.
Hai orang asing mengapa kau diam? Cepat kau
jawab! Teriak kaisar Cina.
Dia! Jawab Sunan Gunung Jati sembari menunjuk
puteri Ong Tien yang masih Perawan. Kaisar tertawa terbahak-bahak mendengar
jawaban itu. Demikiann pula seluruh balairung istana kaisar.
Namun kemudian tawa mereka terhenti, karena
puteri Ong Tien menjerit keras sembari memegangi perutya.
Ayah! Saya benar-benar hamil.
Maka gemparlah seisi istana. Ternyata bantal
diperut Ong Tien telah lenyap entah kemana. Sementara perut puteri cantik itu
benar-benar membesar seperti orang hamil.
Kaisar menjadi murka. Sunan Gunung Jati
diusir dari daratan Cina. Sunan Gunung Jati menurut, hari itu juga ia pamit
pulau ke pulau jawa. Namun puteri Ong Tien ternyata terlanjur jatuh cinta
kepada Sunan Gunung Jati maka dia minta kepada ayahnya agar diperbolehkan
menyusul Sunan Gunung Jati ke pulau Jawa.
Kaisar Hong Gie akhirnya mengijinkan
puterinya menyusul Sunan Gunung Jati ke pulau Jawa. Puteri Ong Tien dibekali
harta benda dan barang-barang berharga lainnya seperti bokor, guci emas dan
permata. Puteri cantik itu dikawal oleh tiga orang pembesar kerajaan yaitu Pai
Li bang seorang menteri negara. Lie Guan Chang dan Lie Guan Hien. Pai Li Bang
adalah salah seorang murid Sunan Gunung Jati tatkala beliau berdakwah di Cina.
Dalam pelayarannya ke pulau jawa, mereka
singgah di kadipaten Sriwijaya. Begitu mereka datang para penduduk menyambutnya
dengan meriah sekali. Mereka merasa heran.
Ada apa ini? Pai Li Bang bertanya kepada
tetua masyarakat Sriwijaya.
Tetua masyarakat balik bertanya. Siapa yang
bernama Pai Li Bang?
Saya sendiri, jawab Pai Li Bang.
Kontan Pai Li Bang digotong penduduk diatas
tandu. Dielu-elukan sebagai pemimpin besar. Dia dibawa ke istana Kadipaten
Sriwijaya.
Setelah duduk dikursi Adipati, Pai Li Bang
bertanya, sebenarnya apa yang terjadi?
Tetua masyarakat itu menerangkan. Bahwa
adipati Ario Damar selaku pemegang kekuasaan Sriwijaya telah meninggal dunia.
Penduduk merasa bingung mencari penggantinya, karena putera Ario Damar sudah
menetap di Pulau Jawa. Yaitu Raden Fatah dan Raden Hasan.
Dalam kebingungan itulah muncul Sunan Gunung
Jati, beliau berpesan bahwa sebentar lagi akan datang rombongan muridnya dari
negeri Cina, namanya Pai Li Bang. Muridnya itulah yang pantas menjadi pengganti
Ario Damar. Sebab muridnya itu adalah seorang menteri negara di negeri Cina.
Setelah berpesan begitu Sunan Gunung Jati
meneruskan pelayarannya ke pulau jawa. Pai Li Bang memang muridnya. Dia semakin
kagum dengan gurunya yang ternyata mengetahui sebelum kejadian, tahu kalau dia
bakal menyusul ke pulau jawa. Pai Li Bang tidak menolak keinginan gurunya, dia
bersedia menjadi adipati Sriwijaya. Dalam pemerintahannya Sriwijaya maju pesat
sebagai kadipaten yang paling makmur dan aman. Setelah Pai Li Bang meninggal
dunia maka nama kadipaten Sriwijaya diganti menjadi nama kadipaten Pai Li Bang,
dalam perkembangannya karena proses pengucapan lidah orang Sriwijaya maka lama
kelamaan kadipaten itu lebih dikenal dengan sebutan Palembang hingga sekarang.
Sementara itu puteri Ong Tien meneruskan
pelayarannya hingga ke pulau jawa. Sampai di Cirebon dia mencari Sunan Gunung
Jati, tapi Sunan Gunung Jati sedang berada di Luragung. Puteri itupun
menyusulnya. Pernikahan antara puteri Ong Tien denga Sunan Gunung Jati terjadi
pada tahun 1481, tapi sayang pada tahun 1485 puteri Ong Tien meninggal dunia.
Maka jika anda berkunjung ke makam Sunan Gunung Jati di Cirebon jangan lah
merasa heran disana banyak ornamen cina dan nuansa cina lainnya. Memang ornamen
dan barang-barang antik itu berasal dari cina.
Wali songo selalu bermusyawarah apabila
menghadapi suatu masalah pelik yang berkembang di masyarakat. Termasuk
kebijakan dakwah yang mereka lakukan kepada masyarakat jawa.
Mula-mula sunan Ampel
tidak setuju atas cara dakwah yang dilakukan Sunan Kalijaga
dan Sunan Bonang.
Namun Sunan Kudus
mengajukan pedapatnya. Saya setuju dengan pendapat Sunan Kalijaga,
bahwa adat istiadat lama yang masih bisa diarahkan kepada agama tauhid maka
kita akan memberikannya warna Islami. Sedang adat dan kepercayaan lama yang
jelas-jelas menjurus ke arah kemusyrikan kita tinggal sama sekali. Sebagai
misal, gamelan dan wayang kulit, kita bisa memberinya warna Islam sesuai dengan
selera masyarakat. Adapun tentang kekuatiran kanjeng Sunan Ampel, saya
mempunyai keyakinan bahwa dibelakang hari akan ada orang yang
menyempurnakannya.
Adanya dua pendapat yang seakan bertentangan
tersbut sebanarnya mengandung hikmah. Pendapat Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus
ada benarnya yaitu agar Islam cepat diterima oleh orang jawa, dan ini terbukti,
dikarenakan dua wali tersebut pandai mengawinkan adat istiadat lama yang dapat
ditolerir Islam maka penduduk jawa banyak yang berbondong-bondong masuk agama
Islam. Pada prinsipnya mereka mau menerima Islam dengan lebih dahulu dan
sedikit demi sedikit kemudian mereka akan diberi pengertian akan
kebersihan tauhid dalam iman mereka.
Di Populerkan oleh Ahsan (sejahteraahsan@gmain.com)
NB : simaklah video tentang historis sunan gunung jati dibawah ini!!!