Kali ini
Kami Memberikan Pencerahan Ilmu Mengenai Nikah, Kalian Yang Masih Pacaran
Sampai tua, kalian Yang takut Untuk menikah, Apa yang kalian tunggu ?? Kalian
malah akan menambah Dosa untuk diri kalian sendiri Jika tak mensegerakan
menikah...
Untuk kalian yang takut menikah, dan yang akan menikah, BACALAH !!
Ketika seorang Muslim-pria atau wanita-akan menikah, biasanya akan timbul perasaan yang bermacam-macam. Ada rasa gundah, resah, risau, bimbang, termasuk tidak sabar menunggu datangnya sang pendamping.
Untuk kalian yang takut menikah, dan yang akan menikah, BACALAH !!
Ketika seorang Muslim-pria atau wanita-akan menikah, biasanya akan timbul perasaan yang bermacam-macam. Ada rasa gundah, resah, risau, bimbang, termasuk tidak sabar menunggu datangnya sang pendamping.
Bahkan
ketika dalam proses taaruf sekalipun masih ada perasaan keraguan.Namun, ada
juga muncul rasa kekhawatiran. Bagi calon suami, maka rasa khawatir menghantui
pikirannya. Khawatir bagaimana nanti setelah menikah? Apakah bisa mencukupi
kebutuhan rumah tangga atau tidak? Bagaimana nanti setelah mempunyai anak,
mampukah membimbing dan mendidik mereka? Apalagi kebutuhan hidup sehari-hari
semakin mahal dari tahun ke tahun.
Sebaliknya, bagi mereka yang tidak memiliki kekhawatiran soal ekonomi dan sudah memiliki calon pasangan, namun sengaja tidak segera menikah. Mereka berasalan, bahwa menikah itu tidak gampang, harus menemukan kecocokan dulu, harus berpendidikan tinggi dulu, harus kaya terlebih dulu. Maka hal itu akan menjadi tumpukan dosa jika melewati masa-masa matang tidak mempersibuk diri dengan kebaikan.
Sebaliknya, bagi mereka yang tidak memiliki kekhawatiran soal ekonomi dan sudah memiliki calon pasangan, namun sengaja tidak segera menikah. Mereka berasalan, bahwa menikah itu tidak gampang, harus menemukan kecocokan dulu, harus berpendidikan tinggi dulu, harus kaya terlebih dulu. Maka hal itu akan menjadi tumpukan dosa jika melewati masa-masa matang tidak mempersibuk diri dengan kebaikan.
Persoalan utama
seseorang yang akan menikah adalah penyakit ragu-ragu. Jika penyakit tersebut
hinggap dalam pikiran dan hati seseorang, maka saat itu juga waktu yang paling
tepat untuk introspeksi diri terhadap keyakinannya. Karena itulah kunci utama
dalam melangkah ke depan dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup.
Berkaitan dengan kekhawatiran itu, yang karenanya seseorang tidak segera menikah padahal sudah mempunyai calon pasangan, Allah Taala berkalam,
Berkaitan dengan kekhawatiran itu, yang karenanya seseorang tidak segera menikah padahal sudah mempunyai calon pasangan, Allah Taala berkalam,
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di
antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba
sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan
memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Qs. an-Nur [24]: 32)
Jika memang Allah Taala berjanji demikian, kenapa harus ragu? Jika memang janji dari Zat yang Mahabenar itu sudah jelas tertulis di dalam al-Quranul Karim, mengapa mesti ada ketakutan untuk segera menikah? Padahal, calon pasangan sudah ada. Padahal, umur sudah waktunya dan memang pantas segera menikah.
Maka jalan
keluarnya adalah berikhtiar. Jika berikhtiar sudah dilakukan, maka jangan
pernah berhenti sekaligus berdoa. Percayalah, Allah Taala telah menentukan
saat-saat yang tepat dan terbaik bagi hamba-Nya yang tak pernah putus asa dari
Rahmat-Nya.
Adalah
kewajiban kita untuk mempercayai janji Allah. Jangan sampai bisikan-bisikan
setan menyusup ke dalam hati. Karena itu dapat menggoyahkan keimanan kita
terhadap kebenaran janji Allah Taala, termasuk ketika Allah Taala berjanji akan
memampukan hamba-Nya yang miskin bila menikah. Tiada yang sulit bagi Allah
Taala jika ingin memberikan karunia kepada hamba-Nya. Sungguh, Allah Taala Maha
Pemurah dan Pemberi rezeki. Tinggal kita meyakini atau tidak. Dengan keyakinan
itu, hidup kita akan optimis dan selalu berpikir posititf.
Berkaitan dengan karunia Allah Taala, yang dimaksud adalah rezeki. Rezeki dapat berupa materi atau non materi. Namun dikatakan rezeki jika di dalamnya terdapat manfaat bagi dirinya dan orang lain.
Berkaitan dengan karunia Allah Taala, yang dimaksud adalah rezeki. Rezeki dapat berupa materi atau non materi. Namun dikatakan rezeki jika di dalamnya terdapat manfaat bagi dirinya dan orang lain.
Misalnya,
seorang ikhwan tidak memiliki sepeda motor yang dapat memberikan manfaat yang
banyak setelah menikah. Pergi ke mana-mana naik angkutan umum atau bis. Namun,
dengan kebaikan-kebaikan yang tulus, maka Allah Taala membuka pintu-pintu
rezeki. Tiba-tiba ada dermawan yang menghibahkan sepeda motor untuk keperluan
dakwah dan sebagainya. Maka motor tersebut menjadi manfaat untuk menambah
kebaikan. Sehingga Allah Taala terus membukakan pintu-pintu karunia-Nya sebagai
“hadiah” karena memanfaatkan nikmat pada jalur yang bijak.
Demikian
pula rezeki non materi. Sebagai contoh, seseorang yang belum menikah juga
mempunyai kesehatan, kesempatan, atau bahkan kemampuan yang sama dengan setelah
menikah. Memang hidupnya sederhana setelah menikah. Namun dia dapat hidup
bahagia dengan keadaan yang dijalani. Karirnya semakin memuncak, tatapan
matanya terhadap masa depan senantiasa optimis, dan dapat memberikan manfaat
kepada orang lain. Itulah janji-janji Allah Taala bagi yang telah menikah
dengan keyakinan yang mantap dan keimanan yang benar.
Pintu-pintu rezeki akan terbuka lebar jika seseorang telah mengalami sebuah jenjang membahagiakan bernama pernikahan. Setelah kita berusaha dan berdoa, rezeki akan datang dengan segera.
Pintu-pintu rezeki akan terbuka lebar jika seseorang telah mengalami sebuah jenjang membahagiakan bernama pernikahan. Setelah kita berusaha dan berdoa, rezeki akan datang dengan segera.
Dengan menikah, kita mengharapkan Allah Taala
menganugerahkan rezeki yang barakah. Yaitu rezeki yang dapat menentramkan hati
dan mensucikan jiwa. Sehingga semakin membuat kita berbahagia dan meningkatkan
rasa syukur terhadap nikmat yang telah Allah Taala berikan dengan semakin giat
dan tekun dalam beribadah dan bekerja.
Hanya kepada Allah kita menyembah, dan hanya kepada Allah kita memohon pertolongan. (mozaik.inilah)
By : ahsan (sejahteraahsan@gmail.com)