Kisah ini sengaja kami tuangkan sebagai
pembelajaran dengan maraknya peluang dan kejadian perselingkuhan yang banyak
terjadi di kota kota besar, semoga kisah ini tidak menjadi terulang dan menjadi
pelajaran yang sangat berharga betapa selingkuh itu sangat menghancurkan
kehidupan berkeluarga, silahkan memetik pelajaran yang berarti dari kisah di
ini... mohon bantu sebarkan agar bisa menjadi manfaat bagi keluarga-keluarga
yang lainnya..
***
Saya adalah seorang suami berusia 32 th
dan istri saya berusia 29 th, Alhamdulillah kami telah membina rumah tangga
selama 8 tahun dan telah dikaruniai 2 putra putri (SD dan TK). Kami berdomisili
di Semarang.
Saya seorang pegawai negeri, istri saya
seorang pegawai swasta. Istri saya sudah bekerja di perusahaan ini (jasa
konsultasi pajak) sudah selama 8 tahun sebagai seorang sekretaris merangkap
admin dan keuangan (karena perusahaan itu sifatnya milik perorangan dan tidak
begitu besar). Tetapi sekitar bulan September 2012 istri saya terpaksa resign
dari pekerjaannya (karena pengasuh anak-anak kami), tetapi karena atasannya
sangat menggantungkan dan mempercayakan pekerjaan pada istri saya, maka istri
saya diminta untuk datang ke kantor setidaknya 2 kali setiap pekannya untuk
datang mengurus keuangan perusahaannya. Waktu itu kami berpikir alhamdulillah
masih ada tambahan untuk kebutuhan keluarga.
Hubungan persaudaraan keluarga kami dan
keluarga atasan istri saya baik. Sekitar 1 bulan yang lalu, istri dari atasan
istri saya (sebutlah namanya adalah si Z dan nama istrinya adalah ibu Y),
menelepon saya karena akan berkunjung ke kantor saya dengan alasan ada proyek
baru. Tetapi saya mempunyai firasat lain, pasti ada sesuatu yang akan
disampaikan di luar proyek tersebut. Dan ternyata benar, ibu Y menyampaikan
bahwa suaminya jalan dengan istri saya dengan kata lain mereka berselingkuh!
Firasat saya benar, pasti ada apa-apa
dengan istri saya. Pikiran negatif terhadap istri saya selama bertahun-tahun
ini menjadi kenyataan. Luluh dan hancur hati dan perasaan saya, apalagi ketika
ibu Y memperlihatkan isi BBM-an suaminya dengan istri saya. Ibu Y tahu kejadian
ini dari BB suaminya yang teledor menyimpan BB nya. Sungguh sakit kami membaca
isi BBM itu, isi BBM itu sudah diluar batas kewajaran, sangat jorok dan jijik
saya membacanya.
Singkat cerita akhirnya saya memanggil
istri saya dan saya meminta ibu Y membawa si Z ke rumah saya dengan tujuan akan
diinterogasi. Saya meminta bantuan kakak ipar saya (kakak dari isteri saya
untuk mendampingi saya dan juga sebagai saksi). Akhirnya saya, istri saya,
kakak ipar saya, ibu Y dan si Z berkumpul di rumah saya.
Dengan bukti percakapan BBM yang sudah
saya print dan saya tunjukan ke mereka akhirnya mereka mengakui bahwa mereka
berselingkuh, bahkan sudah melakukan hubungan badan di tempat kerja!!! Istri
saya beberapa kali pingsan dan menangis terus-menerus karena terbongkarnya
kasus ini.
Istri saya bersujud dan meminta maaf
kepada saya di hadapan mereka dan mengaku bersalah, tetapi istri saya
menyampaikan bahwa hal itu dilakukan karena di bawah tekanan dan paksaan si Z
yang galak (si Z sepengetahuan saya memang galak kepada pegawainya), dan karena
masih membutuhkan pekerjaan itu, bukan karena dasar saling suka, bahkan istri
saya menyampaikan sesungguhnya hatinya sangat terpukul dan menjerit ketika
peristiwa itu berlangsung (sama sekali tidak ada rasa suka ataupun menikmati)
di samping itu memang istri saya masih membutuhkan pekerjaan untuk membantu
kebutuhan keluarga.
Dalam BBM-an itu istri saya selalu
meladeni apapun pertanyaan dari si Z, seperti “masih sayang ga sama aku?”,
istriku menjawab “bukan masih tapi tetap”, lalu pertanyaan lainnya “enakan sama
aku atau sama yang di rumah?”, istriku menjawab “ya disitu dong”, dll.
Istri saya membela diri sambil
menangis, dan sambil menyebut “Demi Allah” bahwa apa yang dia jawab di BBM itu adalah
bohong (bukan mewakili hatinya), semata-mata untuk nyenengin si Z, karena istri
saya takut dimarahin, dan takut kehilangan
style="text-align:
justify;"> pekerjaan itu. Istri saya meyakinkan
saya bahwa cintanya, kasih sayangnya hanya untuk saya seorang. Tidak ada niatan
sama sekali untuk menanam duri di daging saya.
Si Z akhirnya meminta maaf dan
meyakinkan kami semua bahwa peristiwa itu adalah murni kesalahan dia, istri
saya tidak bersalah katanya. Pengakuan istri saya bahwa kejadian itu terjadi sejak
istri saya resign, entah kapan persisnya dan berapa kali kejadiannya. Mereka
tidak bilang bulan apa dan berapa kali, walaupun sudah kami desak. Bahkan ibu Z
memukuli suaminya di hadapan kami. Tapi Alhamdulillah bu, saya masih bisa
mengendalikan emosi, tak sepatah kata kasar pun yang keluar dari mulut saya,
apalagi perlakuan fisik baik itu ke si Z ataupun ke istri saya.
Setelah interogasi itu selesai dan si Z
dan ibu Y sudah pulang, Akhirnya orang tua (ibu) dari istri saya dipanggil oleh
kakak ipar saya untuk menceritakan kejadian ini, kembali istri saya menangis
dan sungguh-sungguh menyesali perbuatannya dan tetap dia membela diri bahwa
semua ini adalah didesak, dibawah tekanan, sama sekali tidak ada niatan, istri
saya tidak berdaya, dan terpaksa meladeni nafsu setan si Z.
Akhirnya istri saya bersujud di kaki
saya dan mencuci kaki saya lalu membasuhkan air cucian itu kemukanya dan bahkan
diminumnya sambil disaksikan oleh ibunya dan kakak nya dan sambil berjanji
tidak akan mengulanginya lagi dan kembali meyakinkan kami bahwa peristiwa ini
murni bukan kemauan istri saya dan tidak ada unsur suka-sama suka.
Akhirnya dengan mengucapkan Bismillah
dan memohon ridho Allah SWT, saya memaafkan istri saya, saya kecup keningnya,
saya peluk, dan saya coba mengikhlaskan semua yang sudah terjadi. Tindakan ini
saya ambil karena demi mempertahankan bahtera rumah tangga saya dengan istri
tercinta saya dan juga demi masa depan anak-anak saya. Saya tidak ingin
anak-anak bertanya “ Ayah, Bunda mana?” ataupun sebaliknya “Bunda,, ayah
mana?”.
Akhirnya saya menyuruh istri saya untuk
berhenti kerja dan menghapus nama si Z di daftar BBM nya, semua barang-barang
istri saya yang berhubungan dengan pekerjaannya kami buang. Dan sekarang sudah
bersih tak tersisa, bahkan ganti no HP. Dan istri saya sekarang konsentrasi
wiraswasta bisnis online.
1 hari, 2 hari dan sebulan sudah
terlewati, cobaan itu kami lewati, Alhamdulillah kami tidak pernah melewati
shalat 5 waktu, shalat malam dan tidak pernah terlewat untuk shalat berjama’ah,
perlu diketahui bahwa istri saya berkerudung. Alhamdulillah keadaan istri saya
sudah kondunsif, tetapi yang menjadi masalah baru sekarang adalah ada pada diri
saya. Saya sedang melawan diri saya sendiri.
Saya memang tidak pernah melihat
kejadian itu, tapi saya bisa berimajinasi, membayangkan apa saja yang mereka
lakukan berdasarkan rentetan percakapan mereka di BBM, tidak bisa saya lupakan.
Itu yang mengganggu saya. Bayang-bayang kotor kelakuan mereka selalu ada
dipikirian saya. Astagfirullah… sungguh sangat mengganggu, saya selalu menangis
bila mengingatnya.
Selalu ada dorongan yang sangat kuat
yang selalu hadir setiap hari di pikiran saya untuk menanyakan kronologis yang
sebenarnya mengapa peristiwa itu bisa terjadi, saya selalu ingin menanyakan
seberapa besar tekanan dan paksaan itu diterima oleh istri saya sehingga istri
saya mau meladeni si Z?, berapa kali persetubuhan itu terjadi?, dimana saja?,
kapan saja?, apakah istri saya menikmati persetubuhan itu walaupun dalam
keadaan terpaksa? Kenapa istri saya tidak melawan? Dan banyak lagi
misteri-misteri yang belum saya ketahui yang ingin saya tanyakan ke istri saya.
Terkadang saya menghibur diri dengan berkata pada diri saya sendiri bahwa
segala sesuatu yang saya tidak tahu, hanya Allah lah yang tahu.
Pantaskah saya menanyakan hal itu? Atau
saya pendam dan saya kubur dalam-dalam pertanyaan itu? Tapi rasa keingintahuan
saya sangat besar… tapi saya berpikir kalaupun istri saya cerita, apakah akan
menambah sakit hati ini. Perlu diketahui bila saya menyinggung sedikit saja
peristiwa itu, maka istri saya langsung merasa terpojokan, marah pada saya,
menangis bahkan kadang suka ngelantur karena saking tertekannya.
Istri saya selalu menyampaikan kepada
saya: “Ayah, tolong jangan pernah ungkit-ungkit kembali peristiwa itu, bunda
sangat sakit hati, bukan kemauan bunda, hati bunda juga menjerit, bunda sudah
taubat, bunda sudah bahagia sekarang, bunda sudah terbebas dari lingkaran setan
itu, bunda sangat senang sudah terbebas… Bunda sangat berterima kasih sama
Allah bahwa Allah telah memberikan suami yang sempurna untuk bunda. Bunda ingin
bahagia bersama ayah dan anak-anak dan menjalankan bisnis kita. Bunda sangat
bahagia sekarang”.
Note: Nama , tempat, angka angka adalah
samaran, kisah ini kami tuangkan sebagai pembelajaran bahwa perselingkuhan itu
akan selalu berakhir tidak mengenakkan.
Sumber : cintaislami.com /
http://9trendingtopic.blogspot.com
Diposting Beritaislamiindah.blogspot.com